| | Comments: (0)

Pelaku Sodomi Antarkota Dibekuk Usai Mensodomi 35 Anak

Samsul Hadi - detikSurabaya

Kediri - Ternyata tak cuma angkutan umum saja yang antarkota. Pelaku sodomi pun ada yang lintas kota. Namun, M Hasan Basori kini tak lagi bisa mensodomi karena keburu dibekuk. Satreskrim Polresta Kediri, Selasa (25/9/2007) membekuk M Hasan Basori (25), pelaku perbuatan sodomi terhadap 35 anak jalanan di 7 lokasi berbeda di Jawa Timur. Polisi saat ini masih berusaha mengembangkan penangkapan ini dengan meminta keterangan dari 5 saksi anak jalanan yang menjadi korban kekejaman Hasan. Penangkapan terhadap Hasan ini merupakan ketidaksengajaan. Saat anggota Satreskrim melakukan penyelidikan kasus pencurian kabel telepon di Stasiun Kota Kediri, petugas mendapatkan informasi mengenai perbuatan sodomi yang dilakukan tersangka. Setelah dilakukan penyelidikan, Hasan dapat dibekuk di persembunyiannya. "Kami sebenarnya sedang fokus pada kasus pencurian kabel, namun begitu mendapatkan informasi mengenai sodomi ini, kami langsung menyelidi dan berhasil membekuk pelakunya," kata KBO Reskrim Polresta Kediri, Iptu Edi Herwiyanto. Saat diperiksa, Hasan mengakui segala perbuatannya terhadap sesama anak jalanan ini. Yang mengejutkan, Hasan juga mengaku telah menyodomi sebanyak 35 anak jalanan, yang sama-sama hidup di sekitar stasiun kereta api. "Saya sudah lakukan sejak tahun 1999. Kalau nama-namanya saya masih ingat, tapi wajah anak-anaknya sudah lupa," kata Hasan saat diperiksa petugas. Ketika ditanya mengenai motif yang melatarbelakangi perbuatan sodomi terhadap sesama anak jalanan ini, Hasan hanya menyebut satu kata, yaitu dendam. "Saat umur 12 tahun dulu saya juga pernah disodomi orang tak dikenal di Jakarta hingga beberapa kali, makanya sekarang saya ingin melampiaskan dendam," ujar Hasan. Namun Hasan mengelak ketika disebut memiliki kelainan seksual. Dia mengaku sudah memiliki pasangan dan sering juga melakukan hubungan badan. "Saya punya teman kumpul kebo yang juga sesama gelandangan di kereta," lanjutnya. Yang ironis, Hasan juga mengakui sudah ketagihan melakukan perbuatan sodomi. Saat gagal mendapatkan korban, Hasan mengaku menjual diri kepada komunitas homo di Blitar, dengan mendapatkan imbalan Rp 5 ribu untuk sekali main. 7 Kota yang menjadi lokasi Hasan dalam melakukan perbuatan sodomi adalah Kediri, Blitar, Tulungagung, Malang, Surabaya, Jombang, dan Madiun. Saat ini, polisi terus berusaha mengembangkan penangkapan terhadap pelaku sodomi antarkota ini. Polisi saat ini masih berusaha meminta keterangan dari para saksi korban yakni, M Syaiful Anwar (13), asal Purwoasri, Kabupaten Kediri yang hidup di Stasiun Tulungagung. Sulton Wisnugroho (20) asal Mojowarno, Jombang yang hidup di Stasiun Kertosono. Alex Chandra (10) asal Tambon, Jakarta Pusat, yang hidup di Stasiun Kota kediri. Muhamad Syakur (17) asal Blitar yang hidup di Stasiun Kertosono dan seorang bocah berusia sekitar 9 tahun yang mengalami tuna wicara. Salah satu korban, Alex Chandra mengaku telah 3 kali disodomi Hasan dan semuanya dilakukan di dalam gerbong kereta kosong. "Saya selalu diancam akan ditonjok kalau menolak," kata Alex Chandra. Kaur Bina Operasi (KBO) Reskrim Polresta Kediri, Iptu Edi Herwiyanto mengatakan akan memeriksakan kejiwaan pelaku ke psikiater guna mengatahui kemungkinan pelaku memiliki kelainan seksual. Sementara menangani hukuman yang akan dijeratkan, Edi menyebutkan pelaku melanggar pasal 82 UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak di bawah umur dan akan diancama hukuman lebih dari 5 tahun penjara. (mar/mar)

http://m.detik.com
| | Comments: (0)

Keberhasilan Tuna Daksa Raih Gelar Dokter Umum

Keberhasilan Tuna Daksa Raih Gelar Dokter Umum
Nadhifa Putri - detikNews
Jakarta - Penderita cacat fisik tidak selamanya hidup terpuruk. Keberhasilan untuk mencapai profesi dokter dapat diacungi jempol. Salah satunya Ninik Kartaatmadja, dokter umum di RSU Budi Asih. Ninik merupakan penderita tuna daksa, yakni tidak bisa berjalan dengan sempurna karena kakinya kecil sebelah. Semenjak kecil, Ninik yang bersekolah di sekolah umum selalu menjadi bahan cemoohan teman-temannya sejak di bangku SD hingga SMA. Namun Ninik hanya berucap alhamdulillah saat diejek temannya. Itulah ajaran orangtuanya. "Saya menjadi lebih kuat saat mengucap alhamdulillah. Dan saya tidak membalas ejekan teman-teman meskipun itu sangat menyakitkan karena itu yang selalu diajarkan ayah," ujar wanita yang berusia 59 tahun ini di sela-sela semiloka "Satu hari mempersiapkan masa depan penyandang cacat anak" di Gedung Sapta Pesona, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Sabtu (12/5/2007). Perekonomian orangtua Ninik juga kurang beruntung. Seringkali Ninik berjalan kaki sejauh 2 km menuju sekolah. Padahal Ninik memiliki kaki yang tidak sempurna. Usai tamat SMA, Ninik melanjutkan pendidikan kedokteran di Universitas Yarsi. Ninik sempat mengikuti seleksi di Fakultas Kedokteran UI, namun keberuntungan tidak mampir dalam hidupnya. Usaha untuk mendapatkan kuliah kedokteran dicapai Ninik dengan susah payah. Hingga semester IV, Ninik sempat berhenti kuliah karena masalah keuangan. Kuliah dapat berlanjut saat Ninik bertemu teman adik iparnya dari yayasan Van de Venter Stichtingmaas, milik Belanda. Dari yayasan itulah beasiswa dia dapatkan untuk melanjutkan kuliah kedokteran. Akhirnya Ninik dapat melajutkan kuliah hingga lulus. Ninik mengaku dirinya menjadi dokter umum karena keinginan bapaknya. Ninik akan menunggu masa pensiun sebagai dokter umum pada tahun ini. Kegiatannya akan diisi untuk mengawasi ketiga anaknya yang berjumlah tiga orang. Ketiganya kuliah di Universitas Indonesia (UI). Di antara ketiga anaknya ada yang kuliah di Fakultas Kedokteran UI. Fakultas yang dulu gagal digapai Ninik. Ninik berpesan, kekuarangan fisik tidak membuat para penyandang cacat frustasi dengan tidak menghasilkan prestasi. "Jadikanlah kekurangan itu, sebagai alat untuk kita kita maju," pesan Ninik yang mengenakan jilbab panjang berwarna krem itu. (nik/sss)
| | Comments: (0)

UPP Catur Dilaksanakan Bersamaan

Pitriadi Bachtiar


Rabu, 06-08-2008 14:52:27 oleh: Pitriadi Bachtiar
Kanal: Peristiwa

Upacara Penghormatan Pemenang (UPP) dan pengalungan medali di Cabor catur Porcanas XIII Kaltim dilaksanakan secara bersamaan, Selasa (5/8) siang di ruang Melati Hotel Mesra. Ada tujuh medali emas yang diraih dari 11 yang diperebutkan, dua diantaranya diperoleh melalui pertandingan play off di nomor Tuna Grahita Putra dan Tuna Netra Putri.


Pecatur Sumatera Utara (Sumut) Azhar Panjaitan Master Nasional (MN) berhasil merebut emas di nomor Tuna Daksa Putra, disusul oleh pecatur Kaltim Muhlis Norhan, MN yang harus puas atas perak setelah di pertandingan terakhirnya hanya bermain remis melawan La Oda Alam Sahar dari Sulawesi Tenggara. Medali perunggu diraih Mansyur (Bangka Belitung).

Pada nomor Tuna Daksa Putri, hanya memperebutkan medali emas dan perak saja, karena hanya diikuti tiga orang pecatur. Di nomor ini, pecatur putri Sumut Nasib Parta S meraih emas setelah mengalahkan Nurdianti dari Bangka Belitung.

Sementara, tim tuan rumah meraih emas pertama catur melalui Slamet di nomor Tuna Grahita, setelah mengalahkan pecatur Nangroe Aceh Darussalam (NAD) Doni, melalui babak play off. Babak play off juga dimainkan di nomor Tuna Netra Putri. Keluar sebagai juara dan berhak atas emas, pecatur Bali Ni Ketut Marsi setelah poin yang dikumpulkannya tidak terkejar lagi. Medali perak diraih Wilma Sinaga dari Sumut.

Perolehan medali sementara menempatkan Sumut sebagai peraih medali terbanyak untuk saat ini, dengan tiga medali emas, satu perak dan satu perunggu. Diikuti Kaltim ditempat kedua dengan satu emas, tiga perak, satu perunggu dan NAD yang mengoleksi satu emas dan satu perak.

Ketua Badan Pembina Olahrga Cacat (BPOC) Pusat Senny Marbun berpesan kepada pecatur yang berhasil meraih medali, agar terus meningkatkan prestasinya dan dapat mengharumkan nama Indonesia di tingkat Internasional nantinya. Dia menambahkan pada Porcanas XIII banyak kemajuan yang dicapai oleh para Atlet.

"Harapan saya ke depan, untuk Porcanas yang akan datang akan lebih sukses dari sekarang dan bukan malah mundur ", katanya
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=9870
| | Comments: (0)

Anak Tuna Rungu Diperkosa Temannya


Taufik Wijaya - detikNews
Palembang - Sungguh memilukan hati moral anak-anak ini. Tiga siswa Sekolah Dasar (SD) dilaporkan ke polisi karena diduga memerkosa teman satu sekolahnya sendiri, di Cematan Buay Madang, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan.

Anak perempuan yang menjadi korban, sebut saja Bunga (10), yang cacat tuna rungu. Siswa SD kelas 3 Desa Negeri Ratu, Kecamatan Bunga Mayang, Kabupaten OKU Timur, ini diperkosa tiga teman sekolahnya. Bahkan Bunglaa sempat dipaksa melakukan oral seks.

Peristiwa tersebut sebetulnya terjadi pada Selasa (14/04/2009) ketika Bunga pulang dari sekolah sekitar pukul 11.00 WIB. Di tengah perjalanan pulang dengan berjalan kaki, Bunga dicegat tiga teman satu sekolah yakni Irh (10) teman sekelasnya, Cdr (13) kelas 6 dan Sah (11) kelas 4. Saat itulah, menurut Bunga, dia diseret di semak-semak pinggir jalan desa, dan diperkosa bergilir ketiga teman sekolahnya itu. Kepala Bunga pun kena pukulan salah satu pelaku karena mencoba melawan.

Sejak Rabu (15/04/2009) kemarin, ketiga pelaku ditahan di Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Namun, saat diperiksa hingga hari ini, Kamis (16/04/2009), Cdr mengaku tidak melakukan perkosaan.

"Kami tidak melakukan yang itu, memang kami balik sekolah itu beriringan dan dia (Bunga) sempat kami ganggu dengan kata-kata, setelah itu dia lari pulang melewati jalan pintas, kami terus balik ke rumah masing-masing kami tidak pernah melakukannya,” katanya.

Namun berselang beberapa jam kemudian, menurut Cdr, dirinya dikejutkan dengan kedatangan ayah korban yang langsung marah-marah dan mencari orangtuanya. Ayah Bunga mengatakan bahwa dirinya telah memperkosa Bunga. "Aku bae tekejut, kok aku dituduh bapaknyo ngituke anaknyo," tutur Cdr dalam bahasa setempat.

Bahkan dari cerita korban, menurut Sobirin, bapak Bunga, anaknya dipaksa salah satu dari pelaku untuk melakoni adegan oral seks di semak-semak.

Mendengar cerita korban yang masih polos dan lugu itulah lantas Sobirin mencari tahu siapa yang telah memperkosanya. Karena didesak terus, Bunga lalu menuliskan nama pelaku pada secarik kertas yakni Cdr, Irh dan Sah.

Berbekal kopelan dan pengakuan korban ini lantas orangtua korban mendatangi kediaman ketiganya. Namun justru dirinya mendapatkan ancaman dari orangtua ketiga pelaku. Bahkan salah satu dari orangtua pelaku berani bersumpah kalau anaknya tidak melakukan perbuatan memalukan tersebut. "Dari nama yang ditulisnya aku sangat yakin pelakunya tidak lain tiga orang itu," kata Sobirin.

Untuk membuktikan pengakuan Bunga, Sobirin pun pada Selasa (14/4) sore membawanyan ke Puskesmas Martapura untuk mengecek kondisi kepala putrinya yang terasa sakit dan pusing setelah dipukul salah satu dari pelaku ketika aksi pemerkosaan ini terjadi.

"Awalnya aku ke Puskesmas Martapura itu bukan untuk visum namun mengecek kondisi kepalanya yang katanya sakit. Entah mengapa setibanya di puskesmas justru timbul niat aku untuk memeriksakan alat vitalnya," jelas Sobirin.

Karena tidak ada surat pengantar visum dari Polres, petugas puskesmas pun enggan melakukan visum sore itu, karena itulah kasus ini dilaporkannya ke Polres OKUT dan meminta untuk dilakukan visum. Dari hasil visum diketahui telah terjadi robek pada alat vital korban.

Aparat Polres OKUT langsung menindaklanjuti laporan Sobirin, dan pada Rabu (15/4) pagi petugas berhasil meringkus ketiga pelaku untuk diperiksa. Ketiganya masih mengenakan seragam sekolah putih merah didampingi orangtuanya masing-masing, sejumlah saksi serta diantar juga oleh perangkat desa.

"Tiga orang siswa yang diduga kuat telah memperkosa korban kini sudah kita panggil untuk dimintai keterangan dengan didampingi orangtua dan pejabat desa yang bersangkutan," kata Kapolres OKUT AKBP ML John Mangundap SH SIK kepada pers di Martapura, Kamis (16/04/2009).

Menurut Surachman karena ketiga pelaku masih di bawah umur dalam pemeriksaan perlu didampingi orangtua masing-masing. "Sejauh ini kita masih melakukan pemeriksaan. Yang jelas kasus ini akan kita ungkap dan jika nanti terbukti, tidak menutup kemungkinan pelaku akan ditahan," katanya.

Keluarga

Menurut Yenni Izi, direktur Woman Crisis Centre (WCC) Palembang, kasus kekerasan seksual terhadap anak cukup tinggi di Sumsel. "Selama setahun kemarin, sekitar 100 lebih kasus yang korbannya anak-anak dan pelakunya anak-anak cukup sering terjadi," kata Yenni.

Menurut Yenni, persoalan kasus kekerasan seksual terhadap anak ini sebagai dampak dari pola pendidikan di rumah maupun di sekolah. "Ini membuktikan ada yang salah dalam mendidik anak. Anak-anak yang melakukan tindakan itu, bisanya belajar dari lingkungan atau informasi yang didapatnya," kata Yenni.

"Orangtua dan masyarakat harus perhatian yang lebih terhadap perkembangan anak-anak di lingkungannya," ujar Yenni. (tw/djo)
| | Comments: (0)

tekun, 24 Siswa SMPLB Bojonegoro Kerjakan Unas


Selasa, 30 Maret 2010 18:05:29 WIB
Reporter : Abdul Qohar

Bojonegoro (beritajatim.com) - Sebanyak 24 siswa SMPLB dengan tekun mengikuti ujian nasional (Unas) dengan bidang studi yang diujikan, Selasa (30/3/2010).

Tak ingin ketinggalan, ke 24 siswa ini sejak kemarin mengerjakan ujian nasional di 5 sekolah penyelenggara. Antara lain SMPLB Tuna Harapan, Kompleks Perumahan Bojonegoro, SMPNB Tutwuri Handayani Kecamatan Kapas, SMPB Bhkati Mulya, Kecamatan Suhiawaras, SMPLB PKK Sumeberrejo dan Muhamadiyah Kecamatan Padangan.

Pantauan beritajatim.com di lapangan menyebutkan, SMPLB di Perak, Kecamatan Kota pagi tadi menyelenggarakan Unas dengan 2 siswa tuna rungu. Mereka ikut mengerjakan ujian bahasa inggris di dalam ruang ujian.

Tampak mereka serius mengikuti setiap soal yang diberikan kepadanya. Ketua MKKS SLB Bojonegoro Ninik Tri Pudjiastuti menjelaskan, jika anak didiknya mengikuti unas selama 4 hari dengan materi pelajaran langsung diberikan dari Dinas Pendidikan Jawa Timur.

"Sedangkan system pengamannnya tidak jauh berbeda dengan Unas pada umumnya, yakni dijaga oleh guru silang," katanya.

Ditegaskanya, jika jumlah tersebut tersebar di 5 lembaga, meliputi kode B untuk tuna rungu, C untuk tuna graita dan D untuk tuna netra.

"Rinciannnya, 1 anak tuna netra SMPLB Bhakti Mulya sugihawaras, 2 anak tuna rungu wicara SMPLB Putra Harapan, 6 anak tuna rungu SMPLB PKK Sumberejo dan 1 anak SMPLB tuna daksa Bahkti Mulya Sugihwaras.

Serta 8 anak tuna graita SMPLB Muhamadiyah Padangan, 3 anak tuna graita SMPLB Tut Wuri Handayani Kapas, 3 anak tuna graita SMPLB PKK Sumberejo dan 2 anak tuna graita SMPLB Bhakti Mulya Sugihwaras.[dul/ted]

| | Comments: (0)

Pria Tuna Wicara Tewas Gantung Diri

indosiar.com, Purwokerto - Kasus gantung diri di Banyumas, Jawa Tengah kembali terjadi. Kali ini seorang warga ditemukan tewas gantung diri di pohon halaman Falkultas Peternakan Universitas Jenderal Sudirman, Puwokerto. Belum jelas motifnya namun dari catatan kepolisian diketahui bahwa korban yang tuna wicara ini beberapa bulan lalu pernah menjadi saksi kasus pembunuhan disertai perkosaan.

Lokasi gantung diri yang berada di lingkungan kampus UNSUD Puwokerto ini kontan membuat gempar warga dan para mahasiswa. Apalagi lokasi kejadian berada di halaman depan pintu masuk Fakultas Peternakan. Korban yang diketahui bernama M Maulana ini ditemukan dengan leher terjerat tali tambang plastik diatas pohon.

Tim identifikasi dari Polres Banyumas yang mendapat laporan melakukan pemeriksaan terhadap korban kemudian bersama - sama dengan warga menurunkan korban dengan memotong tali yang menjerat leher korban. Kedua orang tua korban yang mendatangi lokasi kejadian langsung menjerit histeris begitu mengetahui putranya telah tewas.

Belum jelas motif dari perbuatan nekad korban ini. Korban Maulana adalah pemuda yang memiliki kelainan fisik yakni tuna wicara dan pernah menjadi saksi kasus pembunuhan disertai perkosaan yang terjadi di Purwokerto beberapa bulan lalu. (Nanang Anna Nurani/Dv).
| | Comments: (0)

Cara menghadapi masalah

Sumber : www.depdiknas.go.id

Cara menghadapi masalah disini adalah keteriibatan seluruh aspek psikologis dan biologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih metode, pendekatan dan alat yang strategis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efisien dan efektif. Langkah awal dapat dilihat bahwa setiap anak berbakat mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahui banyak hal (Gearheart, 1980) kemudian mereka akan melakukan ekspedisi dan eksplorasi terhadap pengukuran saja. Setelah berfikir dengan baik maka mereka akan memunculkan hasil pemikiran dalam bentuk tingkah laku. Tingkah laku yang dimunculkan ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara kritis. Pertanyaan ini ditujukan pada diri sendiri atau orang lain (sebaya atau orang dewasa).

Karakteristik yang dimiliki anak berbakat dalam menghadapi masalah diantaranya:

a). Mereka mampu melihat hubungan permasalahan itu secara komprehensif dan juga mengaplikasikan konsep-konsep yang kompleks dalam situasi yang kongkrit.
b). Mereka akan terpusat pada pencapai tujuan yang ditetapkan (Gearheart, 1980)
c). Mereka suka bekerja secara independent dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan bertindak
d). Mereka menyukai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai ntens untuk berkreasi (Meyen, 1978)